Metode ini disebut perpetual atau
terus-menerus (continue) karena aliran barang dagangan dapat diikuti secara
terus-menerus setiap saat. Di dalam sistem ini, setiap saat dapat diketahui
besarnya nilai atau harga pokok barang yang terjual serta jumlah persediaan
barang dagangan di akhir periode akuntansi.
Metode pencatatan atas persediaan
barang dagangan dilakukan secara berkelanjutan, menyangkut perubahan persediaan
yang tercermin dalam rekening persediaan. Pembelian dan penjualan (pengeluaran)
barang dicatat secara langsung di rekening persediaan pada saat terjadinya
transaksi.
Akurasi Konsep:
Karakter pencatatan dengan sistem perpetual sebagai berikut.
a. Pembelian barang dagangan untuk
dijual akan dicatat dalam rekening persediaan barang dagangan bukan rekening
pembelian.
b. Biaya angkut pembelian, retur, dan
pengurangan harga pembelian, serta potongan tunai pembelian dicatat dalam
rekening persediaan, bukan dalam rekening terpisah (rekening tersendiri retur
dan pengurangan harga pembelian).
c. Harga pokok penjualan diakui pada
saat penjualan dengan mendebit rekening harga pokok penjualan dan mengkredit
rekening persediaan barang dagangan.
d. Persediaan merupakan rekening
pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu. Buku pembantu berisi catatan
persediaan secara individual (tiap-tiap jenis barang dibuatkan suatu buku
pembantu). Dalam buku pembantu ini memperlihatkan tentang kualitas dan harga
tiap-tiap persediaan.
Dalam melakukan pencatatan persediaan
barang dengan metode perpetual, setiap transaksi pembelian barang dicatat dalam
persediaan barang. Apabila barang tersebut dijual, dicatat dalam penjualan,
serta mencatat pula harga pokok barang yang dijual.
Penghitungan persediaan barang
dagangan ini antara lain dengan metode; FIFO (First In First Out), LIFO (Last
In First Out) dan rata-rata bergerak. Metode FIFO ini yang digunakan pedoman
adalah harga barang yang dibeli pertama digunakan untuk menentukan harga pokok
barang yang laku dijual. Metode LIFO menerapkan harga barang yang paling akhir
(terbaru) dibeli digunakan sebagai dasar menentukan harga pokok barang yang
laku dijual. Setiap perubahan arus barang, maka buku/kartu persediaan juga
harus dicatat sehingga setiap perubahan akan terpantau besarnya barang yang
masih ada di gudang perusahaan.
Contoh:
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko “Rejeki”
membeli dengan kredit barang dagangan
dari Toko “Makmur”
5.000 kg beras @ Rp5.000,00 senilai
Rp25.000.000,00 dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki”
menjual dengan kredit barang dagangan tersebut 4.000 kg beras
@ Rp5.500,00 kepada Toko “Aman”
senilai Rp22.000.000,00 dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal berikut ini.
Pada metode perpetual ini setiap
jenis barang harus dibuatkan buku pembantu persediaan yang akan digunakan untuk
mencatat transaksi yang berkaitan dengan keluar masuknya barang dagangan yang
bersangkutan. Adapun contoh kartu persediaan adalah:
Keterangan Kolom:
1: diisi dengan tanggal terjadinya
pembelian barang dagangan.
2: untuk mencatat uraian transaksi,
baik yang masuk atau keluar serta nama pemasok atau pelanggan.
3: untuk mencatat banyaknya barang
yang masuk/dibeli.
4: untuk mencatat harga perolehan
barang per satuan barang yang masuk/dibeli.
5: untuk mencatat harga jumlah harga
perolehan (banyaknya barang X harga per unit) barang yang
masuk/dibeli.
6: untuk mencatat banyaknya barang
yang keluar/dijual.
7: untuk mencatat harga perolehan barang
per satuan barang yang keluar/dijual.
8: untuk mencatat harga jumlah harga
perolehan (banyaknya barang X harga per unit ) barang yang
keluar/dijual.
9: untuk mencatat banyaknya barang
yang masih ada/tersisa.
10 : untuk mencatat harga perolehan
barang per satuan barang yang masih ada/tersisa.
11 : untuk mencatat harga jumlah
harga perolehan (banyaknya barang X harga per unit) barang yang masih
ada/tersisa.
Dari kartu persediaan (buku pembantu
persediaan) ini perusahaan dapat mengetahui dan memantau aliran barang yang
dibeli dan yang laku dijual serta setiap saat dapat mengetahui besarnya sisa
barang (barang yang belum laku dijual). Oleh karena itu, untuk menghitung harga
pokok penjualan tidak perlu lagi menghitung secara fisik jumlah barang yang
masih ada dalam gudang.
EmoticonEmoticon