Pengendalian sosial dapat bersifat
preventif, represif, maupun gabungan antara preventif dan represif.
Pengendalian sosial yang bersifat preventif dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran. Dengan demikian, tujuan dari pengendalian preventif adalah untuk mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap sistem nilai dan sistem norma yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat.
Beberapa contoh tentang pengendalian
sosial yang bersifat preventif antara lain adalah: (1) pemberian nasehat yang
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya agar selalu menjaga tata krama dalam
bermasyarakat, (2) pemberian instruksi yang dilakukan oleh pelatih kepada
seluruh anggota tim sepak bola agar menerapkan formasi yang telah ditetapkan,
(3) pelatihan-pelatihan dan penataran-penataran yang diberikan kepada tenaga
kerja agar profesional di dalam bidangnya masing-masing, (4) dan lain
sebagainya.
Pengendalian sosial yang bersifat
represif adalah pengendalian yang dilaksanakan setelah terjadi pelanggaran
terhadap sistem nilai dan sistem norma yang disepakati bersama. Pengendalian
represif ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sedia kala sehingga
kehidupan menjadi normal kembali. Contoh dari pengendalian sosial yang bersifat
represif antara lain adalah: (1) pemberlakuan tilang terhadap pengendara yang
melanggar peraturan lalu lintas, (2) pemberian skorsing kepada pelajar yang
berkali-kali melanggar tata tertib sekolah, (3) pemberian vonis hukuman
terhadap terdakwa yang terbukti melakukan tindak kriminal, (4) dan lain sebagainya.
Pengendalian sosial yang merupakan
perpaduan antara preventif dan represif dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi penyimpangan dan sekaligus untuk memulihkan kembali agar keadaan kembali normal seperti sedia
kala. Contoh dari pengendalian sosial jenis ini adalah operasi yustisi yang
digelar kepada seluruh warga masyarakat yang bertujuan untuk: (1) memberikan
pengertian kepada segenap warga masyarakat agar menyadari arti penting
pemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), (2) melakukan antisipasi terhadap para
preman yang sering melakukan tindak kejahatan, dan (3) memberikan teguran dan
sanksi terhadap siapapun yang tidak jelas identitasnya
Pengendalian sosial dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu secara persuasif dan kurasif. Pengendalian sosial
secara persuasif adalah pengendalian yang dilakukan melalui ajakan, himbauan, arahan, dan bimbingan
kepada anggota masyarakat untuk melaksanakan hal-hal yang positif. Contoh dari
pengendalian sosial secara persuasif ini misalnya adalah himbauan untuk tidak
merokok pada ruang-ruang umum. Biasanya kalimat-kalimat yang digunakan sangat
halus, seperti tulisan: “TERIMA KASIH
ANDA TIDAK MEROKOK DI RUANGAN INI”.
Pengendalian sosial secara kurasif
adalah pengendalian yang dilakukan melalui ancaman dan kekerasan. Belakangan
ini kita sering mendengar berita tentang penangkapan yang dilakukan oleh polisi
terhadap wanita tuna susila, waria, dan lain sebagainya. Sering juga kita
dengar berita tentang razia yang dilakukan terhadap para penjual VCD bajakan.
Masih banyak lagi berita-berita sejenis yang merupakan suatu bentuk dari
pengendalian sosial secara kurasif. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam
pengendalian kurasif ini biasanya berupa ancaman, seperti: “Dilarang keras mengutip, menjiplak,
memfotokopi atau memperbanyak dalam bentuk apapun, baik sebagian atau
keseluruhan isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.”
Tidak selamanya penyimpangan sosial
bersifat negatif. Ada kalanya penyimpangan sosial merupakan gejala alamiah yang
sangat diperlukan guna melaksanakan pembaharuan. Oleh karena itu, jika terdapat
penyimpangan dalam kehidupan bermasyarakat beberapa hal perlu dikaji secara
kritis, seperti: (1) apakah ada sistem nilai dan sistem norma yang terlalu umum
sehingga menimbulkan penafsiran ganda, (2) apakah sistem nilai dan system norma
yang berlaku selama ini sudah tidak sejalan dengan perkembangan zaman, (3) apakah birokrasi yang diselenggarakan telah
memberikan kepuasaan kepada masyarakat,
(4) dan lain sebagainya. Asalkan tidak berkembang ke arah penyelewengan,
penyimpangan sosial tidak serta merta dianggap negatif. Bahkan, penyimpangan
sosial merupakan pemicu dinamika dalam kehidupan bermasyarakat.
EmoticonEmoticon